Balikpapan Acara perlemen pemuda yang digagas oleh kementrian pemuda dan olahraga ini untuk menjadi wadah melihat bakat-bakat pemuda yang sekarang ini dalam bidang sosial dan politik.
Forum parlemen pemuda yang dilaksanakan selama lima hari ini tentunya menjadi sarana yang positif bagi pemuda Republik ini insyaAllah.
Peserta terbaik dalam kesempatan ini didapatkan dan diraih oleh kader KAMMI Komisariat IAIN Antasari tak lain dan tak bukan adalah Akh Muhammad Habibi yang merupakan mahasiswa Fakultas Ushuludin yang duduk di jurusan Tafsir Hadis.
Kita sebagai warga Indonesia tentunya berharap kedepannya Indonesia akan mempunyai pemimpin yang dapat mewujudkan Negara yang diharapkan oleh ummat negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun gofur.
Amin ya rabbal alamin
Berita terkait
====================================================
BALIKPAPAN, tribunkaltim.co.id - Sebanyak 50 pemuda dari berbagai daerah di Pulau Kalimantan dan Provinsi Nusa Tenggara Barat mengikuti acara Pengembangan Parlemen Pemuda Angkatan ke III tahun 2013, Selasa (29/10) di Hotel Le Grandeur Balikpapan.
Kegiatan ini digagas oleh Asisten Deputi Kepemimpinan Pemuda, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), yang mengambil tema "Mewujudkan pemuda sebagai agen perubahan menyongsong ASEAN community".
Hadir sebagai pembicara yakni Ketua DPRD Balikpapan Andi Burhanuddin Solong, Ketua Badan Kehormatan DPRD Balikpapan Syafruddin, Ketua Komisi I Sonhaji, Sekretaris Komisi I Riza Permadi, Ketua Komisi II Patly Parakkasi, dan Anggota Komisi I Muhammad. Acara ini dipandu Drs H Wiroto selaku Kepala Bidang Pendayagunaan pada Asdep Kepemimpinan Pemuda, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda, Kemenpora.
Para narasumber banyak membahas kapasitas di bidang kepemimpinan serta peran pemuda dalam mengisi perubahan. Ketua DPRD Balikpapan yang tampil sebagai pembicara kunci mengatakan, saat ini pemuda Indonesia harus terjun langsung dalam membuat perubahan, bukan hanya mengkritik pemerintah.
Menurutnya, apatisme politik akan menciptakan politik yang tidak baik. Pasalnya, para wakil di parlemen bukanlah mereka yang benar-benar terpilih untuk mewakili rakyat, melainkan mewakili mereka yang tidak apatis. "Bila ingin membuat perubahan, kita harus peka politik, dan turut aktif dalam proses politik baik sebagai pemilih maupun yang dipilih," ujar lelaki yang akrab disapa ABS ini.
Lebih lanjut, ABS menambahkan pemuda adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari bangsa, meski kenyataannya masih banyak pemuda yang diperalat. Karena itu, dalam menyikapinya pemuda harus diberi pemahaman nasionalisme agar menjadi manusia yang amanah dalam menjalankan pengabdian kepada bangsa dan Negaranya.
"Posisi bangsa ini harus kuat dalam menyongsong ASEAN community, dan pemuda sebagai salah satu bentengnya. Kalau persatuan dan pertahanan kita saja lemah maka akan terjadi penjajahan di semua lini, baik dari aspek sosial budaya, ekonomi, dll," ujarnya.
Sementara itu, penanggungjawab kegiatan yang juga menjabat Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Program Pengembangan Pemuda pada Asdep Kepemimpinan Pemuda Kemenpora, Riyanto mengatakan, program parlemen pemuda kini sudah memasuki tahun kedua. Selama kurun 2013, ada tiga angkatan yang dibentuk. Dimana angkatan I digelar di Bandung (mewakili Indonesia Barat), angkatan ke II di Makassar (mewakili Indonesia Timur), dan angkatan ke III di Balikpapan (mewakili Indonesia Tengah).
"Pesertanya kita ambil dari perwakilan 33 provinsi, dari unsur organisasi kepemudaan maupun mahasiswa yang aktif di BEM atau organisasi ekstra kampus, yang berusia 20-30 tahun," ujarnya.
Diharapkan, parlemen pemuda ini nanti bisa menjadi mitra DPRD dan DPR RI dalam mengadvokasi kebijakan sekaligus wadah pendidikan politik mengenai sistem parlemen di Indonesia. "Jadi mereka nanti bisa menyampaikan kepada siapa aspirasi itu disalurkan, harus tahu mekanismenya, jadi tidak asal bunyi. Karena mereka ini sebagai kader bangsa yang wajib tahu tentang penyelenggaraan Negara sendiri," terangnya.
Jika memungkinkan, parlemen muda Indonesia juga akan diutus menjadi parlemen di tingkat ASEAN untuk berpartisipasi aktif dalam demokrasi serta pembangunan nasional dan ASEAN secara keseluruhan.
Gerakan ini juga dibentuk berdasarkan optimisme pemuda bahwa politik tidak hanya dipelajari dalam bentuk tulisan, buku atau kuliah. Sebaliknya, politik harus diimplementasikan langsung dalam aktivitas politik dan proses demokrasi secara menyeluruh di kalangan anak muda.
"Di Filiphina parlemen muda ini sudah menjadi aturan pemerintah. Jadi mereka ikut menyusun anggaran, sharing dengan DPRD dan DPR Pusat disana. Kita berharap bisa belajar banyak seperti Filiphina," urainya. (*)
Penulis: Syaiful Syafar
Editor: Sumarsono
“Saat muda, saat membuat sejarah!“ demikian seruan Iwan Prasetyawan sebagai pembicara dialog peka dalam roadshow ke-sembilan Parlemen Muda Indonesia di Balikpapan. Menurut penulis buku “9 summers, 10 Autumns“ ini, pada akhirnya pemuda lah yang dapat membawa perubahan dan perbedaan dengan semangatnya. Momentum pergerakan Indonesia 1908, sumpah pemuda 1928, proklamasi kemerdekaan 1945 hingga gerakan reformasi 1998 adalah gerakan-gerakan yang dibawa oleh pemuda Indonesia. Hampir semua perubahan penting dalam kenegaraan Indonesia digerakkan oleh kaum Muda. Inilah semangat yang sejatinya melandasi intelektualitas muda yang ada pada hari ini.
Pada awal acara, Dr. Hetifah – anggota DPR RI – memberi sambutan hangat kepada gerakan Parlemen Muda Indonesia. Dr. Hetifah menekankan pentingnya peranan masyarakat, termasuk pemuda sebagai calon pemimpin bangsa, untuk ikut terlibat dalam proses legislasi dan perpolitikan nasional sebagai pengawas dan pembangun aspirasi masyarakat. Hal ini penting agar produk legislasi yang representatif dan pro-rakyat dapat diciptakan, ditengah dinamika kehidupan masyarakat.
Dihadiri oleh 223 peserta roadshow yang tidak hanya berasal dari Balikpapan, tetapi juga Samarinda dan kota lainnya di kalimantan Timur, Roadshow ini juga terdiri dari dialog Peka – Pahami – Putuskan. Setelah dialog peka yang diisi oleh Iwan Setyawan, dialog pahami dilanjutkan dengan penjelasan peranan parlemen dan masyarakat oleh Niwa Dwitama. Di bagian akhir, Sirly Nasir memimpin sesi putuskan melalui kampanye edukatif dengan isu tentang kehutanan (Topik Komisi VI DPR). Dalam kampanye tersebut, peserta terpilih terlihat begitu antusias dan membara dalam menyuarakan kondisi Kalimantan Timur seperti pembabakan liar hutan, lahan tambang milik asing yang ada di Kaltim dan seberapa penting rancangan UU pengawasan yang tegas harus diterapkan dengan senergitas antar-institusi pemerintah. Panitia lokal, roadshow officer, dan hadirin terpukau melihat semangat dan penyampaian kampanye yang dibawakan oleh perserta kampanye edukatif. – Niwa Dwitama
===================================================
0 comments:
Post a Comment