
Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah Saw. membangun
masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan
mengeksiskan umat Islam atas muka dunia kurang dari setengah abad.
Pada abad ke-15 Hijriah ini, kita berusaha memperbaharui
kekuatan ukhuwah ini, karena ukhuwah memiliki pengaruh kuat dan aktif dalam
proses mengembalikan kejayaan umat Islam.
Kedudukan Ukhuwah dalam Islam
Ukhuwah Islamiah adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan
pancaran cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang
ikhlas dan pilihan. Allahlah yang menciptakannya. Allah berfirman,
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانً
“…Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang
yang bersaudara…” (QS: Ali Imran:103).Ukhuwah adalah pemberian Allah. Ia berfirman,
لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ
“…Walaupun kamu membelanjakan semua (kakayaan) yang ada
di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka… (QS: Al-Anfal:
63)”
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ
أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
“…Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu.” (QS: Ali Imran: 103).
Selain nikmat dan pemberian, ukhuwah juga kelembutan,
cinta, dan kasih sayang. Rasulullah Saw. bersabda,
“مثل المؤمنين في توادِّهم
وتراحُمِهم، كمثل الجسدِ الواحدِ، إذا اشتكى منه عضوٌ، تداعى له سائرُ الأعضاء
بالسهر والحمى”
“Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam
kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang
merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya.” (HR. Imam Muslim).
Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan
maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan
materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa.
Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiah akat tetap kokoh. Rasulullah Saw. bersabda,
“المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه
بعضًا”
“Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang
sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Imam
Bukhari).
Ukhuwan tak bisa dibeli dengan uang atau sekedar kata-kata.
Tapi ia diperoleh dari penyatuan antara jiwa dan jiwa, ikatan hati dan hati.
Dan ukhuwah merupakan karakteristik istimewa dari seorang mukmin yang saleh.
Rasulullah Saw. bersabda,
“المؤمن إلف مألوف، ولا خير فيمن لا
يألف ولا يؤلف”
“Seorang mukmin itu hidup rukun. Tak ada kebaikan bagi
yang tidak hidup rukun dan harmonis.”
Dan ukhuwah Islamiah ini diikat oleh iman dan taqwa. Iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman,
Dan ukhuwah Islamiah ini diikat oleh iman dan taqwa. Iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman,
إنما المؤمنون إخوة
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (QS: Al-Hujurat: 10).”
Artinya, mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada
persaudaraan kecuali dengan keimanan. Jika Anda melihat ada yang bersaudara
bukan karena iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta. Tidak
memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat iman tanpa
persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat
yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman,
الأَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ
إِلاَّ الْمُتَّقِين َ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi
musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al-Zukhruf: 67).
Keutamaan Ukhuwah Islamiah
Dari ukhuwah Islamiah lahir banyak keutamaan, pahala,
berpengaruh positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan
merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiah memiliki
banyak keutamaan, diantaranya:
1. Mereka merasakan manisnya iman. Sedangkan selain mereka,
tidak merasakannya. Rasulullah Saw. bersabda,
“ثلاثة من كن فيه وجد بهن حلاوة
الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا
الله، وأن يكره أن يعود إلى الكفر بعد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يُقذف في
النار”
“Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman:
orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri,
mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran
sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Imam Bukhari).
2. Mereka berada di bawah naungan cinta Allah, dilindungi
Arasy Al-Rahman. Di akhirat Allah berfirman,
“أين المُتحابُّون بجلالي، اليومُ
أُظِلُّهم في ظلي يوم لا ظلَّ إلا ظِلي”
“Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku,
maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan
kecuali naunganku.” (HR. Imam Muslim).
Rasulullah Saw. bersabda,
“إن رجلاً زار أخًا له في قرية أخرى،
فأرصد الله تعالى على مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فلما أتى عليه، قال: أين تريد؟ قال:
أريد أخًا لي في هذه القرية، قال: هل لك من نعمة تَرُبُّها عليه؟ قال: لا، غير
أنني أحببته في الله تعالى، قال: فإني رسول الله إليك أخبرك بأن الله قد أحبَّك
كما أحببْتَه فيه”
“Ada ses eorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah
desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa,
malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi
saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu
keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku
mencintainya karena Allah.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Allah yang
diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana
kau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Imam
Muslim).
3. Mereka adalah ahli surga di akhirat kelak. Rasulullah
Saw. bersabda,
“من عاد مريضًا، أو زار أخًا له في
الله؛ ناداه منادٍ بأنْ طِبْتَ وطاب مَمْشاكَ، وتبوَّأتَ من الجنةِ مَنْزِلاً”
“Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau
mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Berbahagialah
kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu
tempat di surga.” (HR. Imam Al-Tirmizi).
Rasulullah Saw. bersabda,
“إن حول العرشِ مَنابِرَ من نورٍ،
عليها قومٌ لِبَاسُهم نورٌ، ووجوهُهم نورٌ، ليسوا بأنبياءَ ولا شهداءَ، يَغبِطُهم
النبيُّونَ والشهداءُ”. فقالوا: انعَتْهم لنا يا رسول الله. قال: “هم
المتحابُّون في الله، والمتآخون في الله، والمُتزاوِرُون في الله” الحديث أخرجه
الحافظ العراقي في تخريجه للإحياء وقال: رجاله ثقات (2/198) عن أبي هريرة رضي الله
عنه.
“Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar
dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka
bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi
dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Para
sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul
bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah,
bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para
perawinya tsiqat).
4. Bersaudara karena Allah adalah amal mulia dan mendekatkan hamba dengan Allah.
وقد سُئل النبي صلى الله عليه وسلم عن أفضل الإيمان،
فقال: “أن تحب لله وتبغض لله…”. قيل: وماذا يا رسول الله؟ فقال: “وأن تحب للناس ما
تحب لنفسك، وتكره لهم ما تكره لنفسك”
Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling
tinggi, beliau bersabda, “…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah…”
Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab,
“Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri,
dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi
dirimu sendiri.” (HR. Imam Al-Munziri).
5. Diampunkan Dosa. Rasulullah Saw. bersabda,
“إذا التقى المسلمان فتصافحا، غابت
ذنوبهم من بين أيديهما كما تَسَاقَطُ عن الشجرة
“Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka
saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka,
bagai berjatuhan dari pohon.” (Hadis yang ditkhrij
oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if).
Syarat dan Hak Ukhuwah
1. Hendaknya bersaudara untuk mencari keridhaan Allah,
bukan kepentingan atau berbagai tujuan duniawi. Tujuannya ridha Allah,
mengokohkan internal umat Islam, berdiri tegar di hadapan konspirasi pemikiran
dan militer yang menghujam agama dan akidah umat. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya
amal itu tergantung niatnya…” (HR. Imam Bukhari).
2. Hendaknya saling tolong-menolong dalam keadaan suka dan
duka, senang atau tidak, mudah maupun susah. Rasul bersabda, “Muslim adalah
saudara muslim, ia tidak mendhaliminya dan tidak menghinanya… tidak boleh
seorang muslim bermusuhan dengan saudaranya lebih dari tiga hari, di mana yang
satu berpaling dari yang lain, dan yang lain juga berpaling darinya. Maka yang
terbaik dari mereka adalah yang memulai mengucapkan salam.” (HR. Imam
Muslim).
3. Memenuhi hak umum dalam ukhuwah Islamiah. Rasul bersabda,
“حق المسلم على المسلم ست: إذا لقيه
سلَّم عليه، وإذا عطس أن يشمِّته، وإذا مرض أن يعُوده، وإذا مات أن يشيعه، وإذا
أقسم عليه أن يبرَّه، وإذا دعاك فأجِبْه”
“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam, yaitu jika
berjumpa ia memberi salam, jika bersin ia mendoakannya, jika sakit ia
menjenguknya, jika meninggal ia mengikuti jenazahnya, jika bersumpah ia
melaksanakannya.” (HR. Imam Muslim).
Contoh Penerapan Ukhuwah Islamiah
1. Rasul mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar,
antara Aus dan Khazraj. Saat itu Rasul menggenggamkan tangan dua orang, seorang
dari Muhajirin dan seorang lagi dari Anshar. Rasul berkata pada mereka, “Bersaudaralah
karena Allah dua-dua.”
Maka Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin Rabi’ dan
Abdurrahman bin Auf. Saat itu, Sa’ad langsung menawarkan setengah hartanya
kepada Abdurrahman, memberikan salah satu dari dua rumahnya. Bahkan ia siap
menceraikan salah satu istrinya supaya bisa dinikahi oleh Abdurrahman.
Pemuliaan keimanan kaum Anshar ini diterima kaum Muhajirin
dengan keimanan pula, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, “Biarkanlah harta,
rumah, dan istrimu bersamamu. Tunjukkanlah aku pasar.” Maka Abdurrahman
meminjam uang dari Sa’ad, sehingga Allah membukakan pintu-pintu rizki baginya,
sehingga Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya.
Allah berfirman, “Bagi para fuqara yang berhijrah yang
diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari
karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota
Madiah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
mencintai orang yang berhijrah pada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan
dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang
Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa
yang diperlihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (QS: Al-Hasyr: 8-9).
2. Setelah perang Badar, kaum Muslimin menawan 70 orang
musyrikin. Salah seorang dari kaum musyrik itu bernama Aziz, saudara kandungnya
sahabat Rasul bernama Mus’ab bin Umair.
Ketika Mus’ab melihat saudara kandungnya, ia berkata pada
saudaranya yang muslim, “Kuatkanlah ikatannya. Mintalah uang darinya sesukamu,
karena ibunya memiliki banyak uang.” Dengan terkejut Aziz berkata, “Apakah
seperti ini wasiatmu atas saudaramu?” Mus’ab berkata, “Kamu bukan saudaraku,
akan tetapi dia (sambil menunjuk seorang Muslim).” Ini menunjukkan bahwa
ukhuwah atas dasar agama lebih kuat dari hubungan darah.
3. Pernah seorang sahabat Rasulullah memberikan segelas air
kepada salah satu teman-temannya yang sedang mengembala kambing. Temannya
tersebut memberikan air kepada teman kedua. Yang kedua memberikan kepada yang
ketiga. Begitulah seterusnya, hingga air tersebut kembali pada yang memberikan
air pertama kali, setelah tujuh kali air itu berpindahan tangan.
4. Salah seorang sahabat Rasul bernama Masruq memiliki
hutang yang banyak. Namun karena saudaranya bernama Khaitsamah juga berhutang,
maka Masruq membayar hutang Khaitsamah tanpa sepengetahuannya. Sedangkan
Khaitsamah, mengetahui saudaranya masruq memiliki hutang yang banyak, ia pun
membayarnya tanpa sepengetahuannya Masruq.
Barangsiapa yang mengaku beragama Islam, dia adalah akh
(saudara) bagi seorang Muslim lainnya. Dan, Nabi (saw) berhasil menyatukan dua
suku yang saling bermusuhan selama beberapa masa dalam satu payung Islam. Tak
ada kedudukan lebih tingi, dan tak ada pula yang lebih rendah, semua sama,
kecuali nilai taqwa. Tak ada persaudaraan yang abadi kecuali dikarenakan
keimanan yang sama.
Semoga Allah menjadikan kita saling bersaudara
karena-Nya.
0 comments:
Post a Comment