Friday, September 7, 2012
Friday, August 10, 2012
Mampu Kendalikan Konflik
Banjarmasinpost.co.id - Selasa, 27 Desember 2011 | 01:03 Wita
Oleh: Laifvan Shuffy Irwani
Ketua KAMMI Daaerah Kalimantan Selatan 2012-2013
Ketua KAMMI Daaerah Kalimantan Selatan 2012-2013
Negeri ini dikenal dengan sumber daya alam yang melimpah, ini terbukti
dengan begitu banyaknya tambang di perut bumi, mulai dari batubara,
nikel, migas, dan juga memiliki tanah yang subur dengan begitu mudahnya
kita bisa menanam berbagai jenis tanaman. Dan tidak lupa pula ada
berbagai berbagai tumbu karang dan jenis ikan di lautan.
Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah rakyat di negeri sudah
memiliki kemakmuran dan kesejahteraan? Tentu para expert mengatakan
belum. Karena sebagian besar penduduk negeri ini masih berada di bawah
garis kemiskinan. Sehingga masyarakat kita berinisiatif untuk mencari
nafkah ke negeri orang lain tanpa dibekali skill yang mapan dan
mengakibatkan berbagai kasus bermuculan dengan modus kekerasan majikan.
Terlebih-lebih sekarang marak terjadinya konflik diantara dua belah
pihak; seperti yang terjadi kasus Mesuji dan Bima yang menelan jiwa
sejumlah korban dari masyarakat. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi
jikalau pemimpin kita tegas dan cepat tanggap dalam mengambil
keputusan. Terutama yang kita hendaki adalah pemimpin yang bisa
melakukan proses konsiliasi; yakni suatu tindakan untuk membawa semua
yang bernkonflik ke meja perundingan.
Pemimpin sebagai konsiliator seharusnya sering menawarkan kontekstual
bagi adanya negosiasi dan bertindak sebagai penengah.Juga seorang
pemimpin bisa meminimalisasi ketodakcocokan dengan mencari jalan tengah
di antara kedua belah pihak yang berbeda pandangan dan pendapat. Dan
tentu seorang konsiliator fokus pada persamaan dengan mempertimbangkan
perbedaan yang sifatnya tidak mendasar.
Besar harapan kita pada tahun 2012 yang tidak hanya tahun baru, tetapi
juga merupakan angin segar dan semangat baru bagi orang-orang yang
diberi amanah untuk memimpin bangsa ini. Memang konflik tidak bisa
dihindari, tetapi konflik bisa dikendalikan dan dipecahkan dengan
keputusan yang bijak.
Wallahu’alam bis Showab.
Saturday, July 21, 2012
Monday, July 16, 2012
Mars KAMMI
12:39 AM
No comments
Mars KAMMI
Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia
Berjuang
tegakkan ketauhidan untuk kemuliaan
Berbekal ilmu
iman yang mendalam
Mahasiswa
Muslim Indonesia…..
Intelektual
Masyarakat Beriman
Islam jiwa
berjuangan
Kebatilan
adalah musuh insan
Islam jalan
perjuangan
Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia
Berjuang
tegakkan kebenaran
Ciptakan
masyarakat bermoral
Berbekal ilmu iman yang mendalam
Mahasiswa
Muslim Negarawan…
Perbaikan
tradisi dalam berjuang
Memimpin umat
gapai kemenangan
Persaudaraan
watak dalam berjuang
Solusi islam
dalam perjuangan
Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia
Sunday, July 15, 2012
Ukhuwah Islamiah
5:02 AM
No comments
Ukhuwah Islamiah (persaudaraan Islam) adalah satu dari tiga
unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah,
yaitu pertama, kekuatan iman dan aqidah. Kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan
hati. Dan ketiga, kekuatan kepemimpinan dan senjata.
Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah Saw. membangun
masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan
mengeksiskan umat Islam atas muka dunia kurang dari setengah abad.
Pada abad ke-15 Hijriah ini, kita berusaha memperbaharui
kekuatan ukhuwah ini, karena ukhuwah memiliki pengaruh kuat dan aktif dalam
proses mengembalikan kejayaan umat Islam.
Kedudukan Ukhuwah dalam Islam
Ukhuwah Islamiah adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan
pancaran cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang
ikhlas dan pilihan. Allahlah yang menciptakannya. Allah berfirman,
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانً
“…Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang
yang bersaudara…” (QS: Ali Imran:103).Ukhuwah adalah pemberian Allah. Ia berfirman,
لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ
“…Walaupun kamu membelanjakan semua (kakayaan) yang ada
di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka… (QS: Al-Anfal:
63)”
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ
أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
“…Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu.” (QS: Ali Imran: 103).
Selain nikmat dan pemberian, ukhuwah juga kelembutan,
cinta, dan kasih sayang. Rasulullah Saw. bersabda,
“مثل المؤمنين في توادِّهم
وتراحُمِهم، كمثل الجسدِ الواحدِ، إذا اشتكى منه عضوٌ، تداعى له سائرُ الأعضاء
بالسهر والحمى”
“Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam
kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang
merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya.” (HR. Imam Muslim).
Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan
maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan
materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa.
Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiah akat tetap kokoh. Rasulullah Saw. bersabda,
“المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه
بعضًا”
“Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang
sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Imam
Bukhari).
Ukhuwan tak bisa dibeli dengan uang atau sekedar kata-kata.
Tapi ia diperoleh dari penyatuan antara jiwa dan jiwa, ikatan hati dan hati.
Dan ukhuwah merupakan karakteristik istimewa dari seorang mukmin yang saleh.
Rasulullah Saw. bersabda,
“المؤمن إلف مألوف، ولا خير فيمن لا
يألف ولا يؤلف”
“Seorang mukmin itu hidup rukun. Tak ada kebaikan bagi
yang tidak hidup rukun dan harmonis.”
Dan ukhuwah Islamiah ini diikat oleh iman dan taqwa. Iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman,
Dan ukhuwah Islamiah ini diikat oleh iman dan taqwa. Iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman,
إنما المؤمنون إخوة
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (QS: Al-Hujurat: 10).”
Artinya, mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada
persaudaraan kecuali dengan keimanan. Jika Anda melihat ada yang bersaudara
bukan karena iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta. Tidak
memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat iman tanpa
persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat
yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman,
الأَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ
إِلاَّ الْمُتَّقِين َ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi
musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al-Zukhruf: 67).
Keutamaan Ukhuwah Islamiah
Dari ukhuwah Islamiah lahir banyak keutamaan, pahala,
berpengaruh positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan
merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiah memiliki
banyak keutamaan, diantaranya:
1. Mereka merasakan manisnya iman. Sedangkan selain mereka,
tidak merasakannya. Rasulullah Saw. bersabda,
“ثلاثة من كن فيه وجد بهن حلاوة
الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا
الله، وأن يكره أن يعود إلى الكفر بعد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يُقذف في
النار”
“Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman:
orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri,
mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran
sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Imam Bukhari).
2. Mereka berada di bawah naungan cinta Allah, dilindungi
Arasy Al-Rahman. Di akhirat Allah berfirman,
“أين المُتحابُّون بجلالي، اليومُ
أُظِلُّهم في ظلي يوم لا ظلَّ إلا ظِلي”
“Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku,
maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan
kecuali naunganku.” (HR. Imam Muslim).
Rasulullah Saw. bersabda,
“إن رجلاً زار أخًا له في قرية أخرى،
فأرصد الله تعالى على مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فلما أتى عليه، قال: أين تريد؟ قال:
أريد أخًا لي في هذه القرية، قال: هل لك من نعمة تَرُبُّها عليه؟ قال: لا، غير
أنني أحببته في الله تعالى، قال: فإني رسول الله إليك أخبرك بأن الله قد أحبَّك
كما أحببْتَه فيه”
“Ada ses eorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah
desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa,
malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi
saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu
keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku
mencintainya karena Allah.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Allah yang
diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana
kau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Imam
Muslim).
3. Mereka adalah ahli surga di akhirat kelak. Rasulullah
Saw. bersabda,
“من عاد مريضًا، أو زار أخًا له في
الله؛ ناداه منادٍ بأنْ طِبْتَ وطاب مَمْشاكَ، وتبوَّأتَ من الجنةِ مَنْزِلاً”
“Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau
mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Berbahagialah
kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu
tempat di surga.” (HR. Imam Al-Tirmizi).
Rasulullah Saw. bersabda,
“إن حول العرشِ مَنابِرَ من نورٍ،
عليها قومٌ لِبَاسُهم نورٌ، ووجوهُهم نورٌ، ليسوا بأنبياءَ ولا شهداءَ، يَغبِطُهم
النبيُّونَ والشهداءُ”. فقالوا: انعَتْهم لنا يا رسول الله. قال: “هم
المتحابُّون في الله، والمتآخون في الله، والمُتزاوِرُون في الله” الحديث أخرجه
الحافظ العراقي في تخريجه للإحياء وقال: رجاله ثقات (2/198) عن أبي هريرة رضي الله
عنه.
“Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar
dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka
bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi
dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Para
sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul
bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah,
bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para
perawinya tsiqat).
4. Bersaudara karena Allah adalah amal mulia dan mendekatkan hamba dengan Allah.
وقد سُئل النبي صلى الله عليه وسلم عن أفضل الإيمان،
فقال: “أن تحب لله وتبغض لله…”. قيل: وماذا يا رسول الله؟ فقال: “وأن تحب للناس ما
تحب لنفسك، وتكره لهم ما تكره لنفسك”
Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling
tinggi, beliau bersabda, “…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah…”
Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab,
“Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri,
dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi
dirimu sendiri.” (HR. Imam Al-Munziri).
5. Diampunkan Dosa. Rasulullah Saw. bersabda,
“إذا التقى المسلمان فتصافحا، غابت
ذنوبهم من بين أيديهما كما تَسَاقَطُ عن الشجرة
“Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka
saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka,
bagai berjatuhan dari pohon.” (Hadis yang ditkhrij
oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if).
Syarat dan Hak Ukhuwah
1. Hendaknya bersaudara untuk mencari keridhaan Allah,
bukan kepentingan atau berbagai tujuan duniawi. Tujuannya ridha Allah,
mengokohkan internal umat Islam, berdiri tegar di hadapan konspirasi pemikiran
dan militer yang menghujam agama dan akidah umat. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya
amal itu tergantung niatnya…” (HR. Imam Bukhari).
2. Hendaknya saling tolong-menolong dalam keadaan suka dan
duka, senang atau tidak, mudah maupun susah. Rasul bersabda, “Muslim adalah
saudara muslim, ia tidak mendhaliminya dan tidak menghinanya… tidak boleh
seorang muslim bermusuhan dengan saudaranya lebih dari tiga hari, di mana yang
satu berpaling dari yang lain, dan yang lain juga berpaling darinya. Maka yang
terbaik dari mereka adalah yang memulai mengucapkan salam.” (HR. Imam
Muslim).
3. Memenuhi hak umum dalam ukhuwah Islamiah. Rasul bersabda,
“حق المسلم على المسلم ست: إذا لقيه
سلَّم عليه، وإذا عطس أن يشمِّته، وإذا مرض أن يعُوده، وإذا مات أن يشيعه، وإذا
أقسم عليه أن يبرَّه، وإذا دعاك فأجِبْه”
“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam, yaitu jika
berjumpa ia memberi salam, jika bersin ia mendoakannya, jika sakit ia
menjenguknya, jika meninggal ia mengikuti jenazahnya, jika bersumpah ia
melaksanakannya.” (HR. Imam Muslim).
Contoh Penerapan Ukhuwah Islamiah
1. Rasul mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar,
antara Aus dan Khazraj. Saat itu Rasul menggenggamkan tangan dua orang, seorang
dari Muhajirin dan seorang lagi dari Anshar. Rasul berkata pada mereka, “Bersaudaralah
karena Allah dua-dua.”
Maka Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin Rabi’ dan
Abdurrahman bin Auf. Saat itu, Sa’ad langsung menawarkan setengah hartanya
kepada Abdurrahman, memberikan salah satu dari dua rumahnya. Bahkan ia siap
menceraikan salah satu istrinya supaya bisa dinikahi oleh Abdurrahman.
Pemuliaan keimanan kaum Anshar ini diterima kaum Muhajirin
dengan keimanan pula, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, “Biarkanlah harta,
rumah, dan istrimu bersamamu. Tunjukkanlah aku pasar.” Maka Abdurrahman
meminjam uang dari Sa’ad, sehingga Allah membukakan pintu-pintu rizki baginya,
sehingga Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya.
Allah berfirman, “Bagi para fuqara yang berhijrah yang
diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari
karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota
Madiah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
mencintai orang yang berhijrah pada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan
dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang
Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa
yang diperlihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (QS: Al-Hasyr: 8-9).
2. Setelah perang Badar, kaum Muslimin menawan 70 orang
musyrikin. Salah seorang dari kaum musyrik itu bernama Aziz, saudara kandungnya
sahabat Rasul bernama Mus’ab bin Umair.
Ketika Mus’ab melihat saudara kandungnya, ia berkata pada
saudaranya yang muslim, “Kuatkanlah ikatannya. Mintalah uang darinya sesukamu,
karena ibunya memiliki banyak uang.” Dengan terkejut Aziz berkata, “Apakah
seperti ini wasiatmu atas saudaramu?” Mus’ab berkata, “Kamu bukan saudaraku,
akan tetapi dia (sambil menunjuk seorang Muslim).” Ini menunjukkan bahwa
ukhuwah atas dasar agama lebih kuat dari hubungan darah.
3. Pernah seorang sahabat Rasulullah memberikan segelas air
kepada salah satu teman-temannya yang sedang mengembala kambing. Temannya
tersebut memberikan air kepada teman kedua. Yang kedua memberikan kepada yang
ketiga. Begitulah seterusnya, hingga air tersebut kembali pada yang memberikan
air pertama kali, setelah tujuh kali air itu berpindahan tangan.
4. Salah seorang sahabat Rasul bernama Masruq memiliki
hutang yang banyak. Namun karena saudaranya bernama Khaitsamah juga berhutang,
maka Masruq membayar hutang Khaitsamah tanpa sepengetahuannya. Sedangkan
Khaitsamah, mengetahui saudaranya masruq memiliki hutang yang banyak, ia pun
membayarnya tanpa sepengetahuannya Masruq.
Barangsiapa yang mengaku beragama Islam, dia adalah akh
(saudara) bagi seorang Muslim lainnya. Dan, Nabi (saw) berhasil menyatukan dua
suku yang saling bermusuhan selama beberapa masa dalam satu payung Islam. Tak
ada kedudukan lebih tingi, dan tak ada pula yang lebih rendah, semua sama,
kecuali nilai taqwa. Tak ada persaudaraan yang abadi kecuali dikarenakan
keimanan yang sama.
Semoga Allah menjadikan kita saling bersaudara
karena-Nya.
10 Muwassafat Muslim
10 Pribadi Seorang Muslim
Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt. Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda, bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus lekat pada pribadi muslim.
1. Salimul
Aqidah,
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu
yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim
akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu
dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan
kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala
perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS
6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting,
maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan
pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
2. Shahihul
Ibadah.
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah
satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan:
‘shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka
dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk
kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau
pengurangan.
3. Matinul
Khuluq.
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang
mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik
dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak
yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di
akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia,
maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah
mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di
dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).
4. Qowiyyul
Jismi.
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah
satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang
muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam
secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji
merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat
atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan
pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun
demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu
kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena
kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang
artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR.
Muslim).
5. Mutsaqqoful
Fikri
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah
satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah
fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang
manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya
kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu supaya\ kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak
ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan
aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman
dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan
tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh
karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas
seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang
mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
6. Mujahadatun
Linafsihi.
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan
salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap
manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan
kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya
kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam
melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri
manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang
artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya
mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam)(HR. Hakim).
7. Harishun
‘ala Waqtihi.
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan
faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat
perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak
bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad
dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada
manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu
yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi.
Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam
daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan
tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut
untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan
penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung
oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum limaperkara sebelum datang
limaperkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
limaperkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun
fi Syu’unihi.
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk
kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh
karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun
muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan
ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga
Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara
profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu
mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban,
adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang
mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. Qodirun
‘alal Kasbi.
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan
mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang
muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran
dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki
kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan
prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi
ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh
saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh,
zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu
perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal
itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian
inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar
dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt,
karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya
memerlukan skill atau ketrampilan.
10. Naafi’un Lighoirihi.
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan
sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat
yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan
keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya
tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap
muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal
untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang
muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam
kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara
umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu
yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.
Wednesday, July 11, 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)